Jumat, 28 Februari 2014

What a Wonderfull Wife ...

Menikah adalah setengah agama. Begitu yang kutahu sedari remaja, dari orangtua, dari guru, dari kakek, dari buku. Maka, menikah tentu saja menjadi ibadah bagi sesiapa yang melakukannya. Menikah adalah sebuah ikatan suci yang dibingkai dengan 'mitsaqan ghalidza'.

Ketika suatu hari Allah pertemukan ku dengan jodoh, lalu menikah, aku sadar telah masuk pada ranah 'setengah agama' itu. Ada banyak hal yang harus kujalani, bukan hanya yang penuh kesyukuran, melainkan lengkap pula dengan segala macam onak duri yang menghiasi perjalanan setengah agama itu.

Maka dengan penuh keinsyafan aku paham, betapa indah menjadi seorang istri. Seindah perjalanan itu bila telah tiba di tujuannya. Menuju sakinah dalam mawaddah dan rahmah, duhai betapa memabukkan. Apalagi bila semuanya dilakukan karena cinta. Cinta kepada Sang Mahacinta.

Sabtu, 22 Februari 2014

FLP17

 


Perayaan, sejatinya adalah sebuah kontemplasi, telah seberapa jauh kita melangkah, sudah berapa banyak kita berbuat?

Entahlah, seakan aku adalah bagian darinya, padahal aku hanyalah satu dari sekian banyak orang yang menyukainya semata. Suka? Barangkali terlalu ringan. Aku mengagumi gerakannya, visinya, karya-karyanya, orang-orang yang bergerak di dalamnya, dan semuanya. Aku suka semuanya.


Tasma, Antara Fashion dan Kebutuhan

Bagi sebagian orang tasma adalah fashion, bagi sebagian lainnya tasma adalah kebutuhan.
Tasma? Apaan tuuuh ..?? (*gaya Jaja Mihardja hehe ...)

Ini dia yang namanya Tasma


                                   

Yaa... Tasma adalah sebutan kacamata dalam bahasa Sunda.

Ceritanya begini, setelah sekian tahun kacamata minus saya jarang dipakai karena saya merasa sudah tidak terlalu tergantung lagi, beberapa hari ini saya harus kembali pakai (kacamata). Bukan lagi minus, tetapi double. Maksudnya?? 

Karena ternyata usiaku sudah masuk kategori lansia, (batas minimal kategori lansia adalah 45 tahun), maka mataku sudah ikutan lansia,  jadi mata tua alias presbiopi. Aiiih ... tua nih. Jadi harus pake kacamata jenis bifokal agar mata bisa melihat benda dengan jelas. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya dengan istilah kecamata plus minus, yaitu menggunakan lensa cekung dan cembung sekaligus. 


Rabu, 19 Februari 2014

Ceritanya begini ...

Ceritanya begini ...
Blog ini sudah lama tidak terurus dengan baik. Kalaupun menulis, ya, nulis saja.
Pada suatu masa dulu, saya pernah begitu rajin sowan ke rumah teman maya, blogwalking, jalan-jalan, saling sapa dan ngopi aksara, beragi rasa berbagi kisah berbagi ilmu. Lalu saling memasang link, belajar html, menambah widget, dan sebagainya.

Kemudian semua itu tak lagi saya lakukan. Kenapa? Bukan karena bosan, melainkan oleh sebab hal lain.
Ada suatu masa, dalam sebulan saya hanya menulis satu tulisan. Atau bahkan lima bulan baru menulis lagi. Itupun tak lantas membuat langkah saya bergerak menyambangi teman-teman.

Maka, lupalah saya akan hal-hal teknis dalam memasang link dan sebagainya.
Bersyukur kemudian ketika saya mulai menulis lagi, saya diinvite neng Irma Senja  untuk gabung di komunitas KEB. Dari sana semuanya kembali bermula. Saya diingatkan bahwa sejarah harus dituliskan, sesederhana apapun ia telah mengukir jejaknya. Saya harus kembali rajin menulis dan bersilaturahmi.

Saya kembali diingatkan, bahwa pertemanan, di manapun ia terjalin, selalu memberika hal-hal positif dan membangun, menggairahkan dan sangat tak pantas untuk dibiarkan. Semua harus dijaga dan dipelihara. Bahkan dalam keadaan sempit, silaturahmilah, menulislah.


Minggu, 09 Februari 2014

Melipat Kantong Kresek

Saya belum pandai dan tidak termasuk rajin memanfaatkan limbah bentuk apapun menjadi sebuah benda yang lebih manfaat, seperti yang dilakukan neng Dey. Tapi ... melihat kantong kresek yang menumpuk di lemari dan laci, saya baru berfikir untuk membuat 'penampakan'nya tidak terlalu mengganggu pemandangan. Jadi tumpukan kantong kresek sisa belanjaan itu tidak saya gundukkan begitu saja.




 Melainkan dilipat seperti ini.

Selasa, 04 Februari 2014

Rumah Putih Itu ...

Siang tadi, Pak Jajang Jauhari, seorang rekan guru menyodorkan sebuah bingkisan berwarna coklat.
Otak saya tak berfikir lama. Itu pasti sebuah buku. Tapi buku apa? atau tepatnya buku yang mana? Kulihat pengirimnya. Bunda Abonk. Nama yang asing. Siapa, ya? Lalu tiba-tiba saja terlintas "Rumah Putih" begitu saja. Saya terlonjak, apakah ini buku itu?