Minggu, 28 Maret 2010

"CHINA WITH LOVE" - 6000 Anak Tangga Bukti Cinta

Mungkin sobat blogger sudah mendengar atau membaca kisah ini. Sebuah kisah keindahan dan kesetiaan cinta yang fantastik! Kisah cinta dua anak manusia bak Romeo Juliet karya Shakespeare telah hadir di abad ini dari negeri China.

Kisah ini kudapat dari catatan seorang adik, Fitriani Efit (thank's sist) di facebook. Entah dari mana sumber awalnya, tapi kisah ini memang sudah menyebar. Dengan izinnya, kubagi disini.




Satu kisah cinta baru-baru ini keluar dari China dan langsung menyentuh seisi dunia. Kisah ini adalah kisah seorang laki-laki dan seorang wanita yang lebih tua, yang melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi dalam kedamaian selama setengah abad.

50 tahun yang lalu, Liu Guojiang, pemuda 19 tahun, jatuh cinta pada seorang janda 29 tahun bernama Xu Chaoqin ....



Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan Shakespeare, teman-teman dan kerabat mereka mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di antara mereka dan kenyataan bahwa Xu sudah punya beberapa anak....



Pada waktu itu, bila seorang pemuda mencintai wanita yang lebih tua tidak bisa diterima dan dianggap tidak bermoral .....Untuk menghindari gossip murahan dan celaan dari lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah selatan Chong Qing.


Pada mulanya kehidupan mereka sangat menyedihkan karena tidak punya apa-apa, tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.

Xu selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu dan ia berulang-kali bertanya,"Apakah kau menyesal?" Liu selalu menjawab, "Selama kita rajin, kehidupan ini akan menjadi lebih baik". Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus selama 50 tahun.

Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia lanjut itu dan juga 6000 anak tangga yang telah dibuat Liu. Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi, mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah memahat 6000 anak tangga itu untuk menyukakan hati ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung.


Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50 tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan ketika pulang dari ladangnya. Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.


"Kau telah berjanji akan memeliharakanku dan akan terus bersamaku sampai aku meninggal, sekarang kau telah mendahuluiku, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?"
Selama beberapa hari Xu terus-menerus mengulangi kalimat ini sambil meraba peti jenasah suaminya dan dengan air mata yang membasahi pipinya.

Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10 kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh majalah Chinese Women Weekly. Pemerintah telah memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu, dan tempat kediaman mereka telah dijadikan musium agar kisah cinta ini dapat hidup terus.

Laki-laki China berusia 70 tahun yang telah memahat 6000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk isterinya yang berusia 80 tahun itu meninggal dunia di dalam goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat tinggalnya.

Maka sepanjang bumi masih berputar, masih selalu ada kisah-kisah indah yang inspiratif yang datang dari setiap penjurunya. Selalu berkasih sayang, mencintai apapun yang dianugerahkan Allah dengan tulus dan ikhlas. Tanpa tendensi apapun selain Cinta itu sendiri ...

Sabtu, 27 Maret 2010

Tag dari mbak Reni

Awalnya mau posting tag theme blog dari Fanda (yang lama tertunda). Tapi jadi tertunda lagi sebab inet lelet lagi, jadi susah upload image. Maaf sekali buat Fanda karena tugasnya lama kukerjakan. Maaf juga kusampaikan pada sahabat yang telah mengirimi award dan belum terpasang juga.

Jadi, sekarang aku mau mengerjakan tugas dari mbak reni saja (yang gak harus unggah gambar hehe ...). Ini dia tugasnya (agak malu juga ngisinya, saya tak pandai menulis perihal diri sendiri)


  1. Siapakah diri anda di rumah ? ---> kata anak-anakku, aku adalah ibu yang cerewet tapi bisa diajak main dan ngobrol/curhat, pinter masak (hehe ... geer), suka ngedongeng. Sedang kata suamiku aku adalah everything for him.
  2. Siapakah diri anda menurut teman-teman anda ? ---> katanya (dan saya berharap begitu) teman yang asyik buat diajak berbagi kisah, bisa dimintai pendapat, tapi sering gak bisa tegas.
  3. Sebutkan 5 benda yang diidamkan tetapi belum tercapai --->
    a. menunaikan ibadah haji ke Baitullah. amiiin ya Allah ... b. menulis buku c. punya mobil sendiri d. membuka Taman Membaca
  4. Siapakah nama pasangan anda ? ---> Agus Selamet
  5. Ceritakan 5 hal yang paling anda suka tentang pasangan anda ---> Tak pernah bolong sholat malam, penuh perhatian, sangat efektif, mudah dimintai tolong, selalu mendukung apapun yang jadi pilihanku ... terima kasih, Yah.
  6. Kapan anda menikah ? ---> Tanggal 23 Nopember 1994
  7. Apa kenangan pahit anda bersama pasangan anda ? ---> Tidak ada, alhamdulillah .... kebersamaan kami melulu dipenuhi kenangan manis.
  8. Lagu tema cinta anda ? ---> Terlanjur Sayang (Memes)
  9. Perubahan apa yang ingin anda lihat dari pasangan anda ? ---> cuma ingin gak terlalu sering diisengi, tapi keseluruhan bagiku ia suami terbaik yang dipilih Allah untuk menjadi pembimbing dan imam kami.
  10. Tag 10 teman yang lain ---> mereka yang beruntung mendapatkan tag dariku adalah : mbak Ajeng , Anazkia , Ritma Rahayu , Kang eNeS , Irma Senja, Kang Sugeng, Mbak Elly Suryani, Anyin Nana Nuansa Pena
Semoga tidak merepotkan ...
Kepada siapa saja yang berkenan mengambilnya, tapi namanya tak tersebut, saya persilakan pula untuk menjemputnya. Terima kasih.

Selasa, 23 Maret 2010

Negosiasi Colongan di Balik Tulisan Pemenang Kontes


Hari masih pagi. Biasanya langsung sarapan. Tapi tidak hari itu, sebab aku berniat untuk shaum. Semalam kulafadzkan niat shaum, meski tak sempat makan sahur.

Hari yang biasa saja, meski aku sempat merasakan iman yang goyah.
Aku sempat berkeinginan membatalkan shaum hanya karena perut terasa perih dan hidung yang tergoda aroma bala-bala hangat dari kantin yang terletak di sebelah ruang kerjaku. Astaghfirullahal'adzim ...

Tiba-tiba saja harum bala-bala demikian kuat menyergapku. Aaah, akan kubatalkan sajakah shaumku? Toh ini bukan Ramadhan, pikirku ngaco. Aku memang memiliki masalah di lambung dan sempat terkapar karena liver, gara-gara sering terlambat makan. Tapi sisi baik hatiku masih bertahan. Shaum tidak akan membuat maag-ku kambuh. Kutenggelamkan pikiran dan segenap inderaku untuk menyelesaikan tugas hari itu. Selesai tugas, aku melangkah ke ruang kerja teman, eeeh ... di mejanya tersaji penganan lezat penggugah selera.

Ya Allah, mengapa terasa berat shaumku hari ini? Tak seringan hari-hari lain ...

Usai berbincang dan menolak halus tawarannya, aku kembali ke ruang kerjaku. Dan tiba-tiba saja aku sadar betapa malunya aku, tergoda oleh sekedar nafsu terdasar kemanusiaanku, yakni urusan perut! Padahal banyak diantara saudara sebangsa yang tak bisa makan setiap hari. Makan pagi, sore tidak, makan sore, pagi puasa. Sedang aku? Sungguh aku merasa ditampar oleh keinsyafanku sendiri. Benar, seringkali, tanpa disadari, manusia dewasa kalah oleh nafsu paling ringan, padahal anak kecil saja mampu melakukannya! Meninggikan benteng pertahanan bagi sebuah nafsu makanan.

Lalu kuheningkan hati, kupintakan doa, agar Allah memberi kekuatan iman padaku. Sambil berdoa, tiba-tiba saja muncul kenakalanku. Bukankah Allah selalu mengabulkan pinta orang yang sedang shaum? Kusisipkan 'negosiasi' kecil padaNya

"Ya Allah, hanya kepada Engkau aku serahkan segala daya dan kekuatan. Saat ini aku mengetuk pintuMu. Berilah aku kekuatan iman. Engkau Maha menepati janji, dan bila aku sanggup menamatkan shaumku hari ini hingga tiba waktunya berbuka, aku mohon ya Allah, kiranya Engkau meloloskan tulisanku untuk terpilih sebagai pemenang dalam kontes anti korupsi. Bukankah Engkau akan mengabulkan pinta orang yang shaum? Ampuni aku ya Allah, bila ini terlampau lancang ....Amin ya Allah ya mujibassailiiin ..."

Usai berdoa, aku merasa lebih kuat.
Sekaligus malu.
Hehe ... negosiasi lucu dan cenderung 'nakal' ini sebenarnya negosiasi colongan dari seorang teman yang tulisannya lolos di harian Republika. Dan tiba-tiba saja aku ingat saat sedang shaum. Lalu kutiru, alhamdulillah terkabul.

Meskipun demikian, aku tetap menyadari satu hal, Allah tidak akan mengabulkan doa yang tidak seimbang dengan ikhtiyar sang pendoa. Sesuai firmanNya juga dalam QS Ar-Ra'd ayat 11 :
"...Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu merubah keadaannya sendiri ..."

Maka hari ini aku berucap syukur, terima kasih atas segala karuaniaMu, ya Allah ...

Jumat, 12 Maret 2010

Menanti Cahaya

Gambar disini

Akukah yang keliru …

Berpuluh tahun kupercaya, engkau tak pernah alpa. Beribu peristiwa terjadi di lingkar cahayamu. Ribuan hari ku dijaga saat semburatmu tiba. Lalu …


Kemana engkau kali ini …


Mengapa mesti ada yang terasa kurang saat engkau tiada? Padahal hari tetap melakukan tugasnya dengan berlari. Puluhan rencana tetap harus dieksekusi, ada atau tiadanya engkau. Sebab jarum jam telah menunjuk arah ke depan.


Teman seperjalananku bilang, “engkau bukannya tiada. Lihatlah, gelap itu telah memburai. Bukankah itu pertanda bahwa engkau telah tiba? Hingga dunia mati, engkau tak pernah berpaling dari Tuhan. Tak seperti kebanyakan manusia, alpa dan dusta ibarat garam yang dicampur di setiap hidangan. Engkau tidak. Takdirnya adalah menerangi bumi, lain tidak.”


Lalu kemana engkau kali ini …

Hitam memang tidak, kelabu, iya. Engkau belum jua tiba. Marahkah ?


Aaaah,ya. Mungkin engkau bosan membangunkan kami yang terus menerus terbenam di mimpi tak berujung. Atau muak memandangi kami saat dengan ringan mengambil hak orang, berbicara tak pantas, berkoar-koar seakan dirinya yang paling bersih, membela orang berduit bukan mengasihi orang yang benar, memberangus keadilan, mencopot ketentraman, mengangkangi kebenaran, mengubur kehormatan, meninggalkan kasih sayang, dan banyak lagi kebobrokan moral.


Itukah yang membuat engkau tiada?


Duuuh, matahariku …

Jangan pernah engkau bosan membangunkanku dari impian yang tak pernah berujung. Jangan pernah engkau sembunyi di balik kelabunya awan yang menghitam. Sebab engkaulah pertanda bagiku. Pertanda bagi bentangan hidup ke depan. Pertanda bahwa bumi ini masih berusia panjang, menahan beban segala hasrat sisi hitam sekaligus menemani pencarian segala takdir kedirian sisi lain. Pertanda adanya hidup hari esok.


Lihatlah, kali ini aku menengadah, mencarimu. Meski hanya bentangan kitab langit yang terbuka, nircahaya.


Akukah yang keliru, atau buta memahami pertanda …

Sedang cahaya tak mesti kasat mata, kuinsyafi itu.

Aku ingin sepertimu, menjalani takdirmu semata. Tanpa pengkhianatan dari dalam diri sendiri, yang kerap melarikan keberpihakan pada nurani. Yang membuat cahaya itu meredup kemudian hilang. O, matahari, aku tak mau!


Lalu kumamah dalam hening hidangan Sang Nabi dalam sabdanya : “Musuhmu yang terbesar adalah hawa nafsu yang berada diantara kedua sisimu.”


O, Penguasa Matahari …

Izinkan aku memahami segala takdirku, lalu menemukan matahariku menyinari langit jiwa. Dan bermuara di pelataran rasa nafs al-muthma’innah, jiwa yang tenang tenteram. Agar sampailah aku di sebuah keadaan, yang kelak engkau sambut, sesuai firmanMu : “Wahai jiwa yang tenang tenteram, kembalilah kepada Tuhamu dengan hati yang puas lagi diridloi-Nya” (QS Al-Fajr 27-28). Bila kelak saatku tiba.


Sehingga apapun yang terjadi di bumi ini, matahari sirna sekalipun, aku tentram dalam dekapMu…

Senin, 08 Maret 2010

Menembus Halimun

Gambar disini

Matahari belum lagi terjaga. Langit menyelimuti pagi erat-erat, seakan hendak membuat bumi hangat dalam dekapnya. Biarlah bumi lelap kembali, toh sekarang hari Minggu. Tak ada yang perlu dikejar lagi. Tak perlu gegas memburu detik.

Siapa bilang demikian? Minggu adalah juga hari yang berisi duapuluh empat jam, menampung kisah yang aneka, membebat rasa yang rupa, layaknya hari lain. Lalu mengapa harus ada pengecualian?

O, langit ...
kuterima dekapmu, tapi aku harus pergi. Menemani perempuan muda yang sepakat dengan kekasihnya untuk menghapus masa sendiri. Bukankah itu mulia. Ia, perempuan muda itu hendak menggenapkan agamanya dengan membuhul ikatan 'mitsaqan ghalida'. Dan aku harus ada bersamanya. Ia tengah menunggu di sebuah tempat, puluhan kilometer jauhnya dariku pagi ini. Maka aku harus gegas, mendahului matahari, agar ia tak lama menunggu.

Aku pergi bersama rombongan hati yang bunga. Setangkup harap menyertai kepergian rombongan ini. Perjalanan layaknya menembusi paparan halimun yang pecah diterjang laju kendaraan yang kami naiki. Benar, pagi ini halimun demikian pekat, mengapung dalam pandangan. Sementara hati ramai berbincang. Tentang perempuan muda yang akan segera disunting.

Usianya 20. Segar, cantik dan ranum. Dalam tubuhnya aku melihat cermin ibunya. Seorang perempuan perkasa, usia akhir 30-an, yang tengah menjemput rejeki di tanah Nabi. Yang karena kondisinya itu tak sempat mendampingi putri sulungnya bersanding. Dari jarak yang terbentang, aku rasakan kebahagiaan menyatu dengan nelangsa dan doa sepenuh bumi, yang dikirim sang ibu.

Sesaat lagi ijab kabul, dering telpon itu baru saja senyap. Kami terdiam dalam kepungan doa-doa yang dipimpin sang Naib dan munajat yang tak jua hilang dari relung hati ibunda. Maka sempurnalah air mata yang rinai pagi itu.

Halimun mulai memudar, ada angin yang membelai. Aku melihat sang ibu melambai, diantara kerumunan perempuan-perempuan perkasa lainnya, mengais rejeki di negeri orang, demi 'membahagiakan' anak masa depan. Ada harapan yang terbentang panjang diantara doa yang didzikirkan setiap saat, dan peluh yang dikucurkan setiap waktu. Barangkali kelak, entah kapan, saat negeri ini tak lagi keberatan menampung peluh para ibunda, ia dapat kembali merajut hari bersama putri sulungnya yang ranum dan si bungsu yang sedari pagi merengek 'rungsing' karena hatinya gundah dirindui ibu.

Aku menatap langit , awan mulai menyapu tipis. Aku tahu, langit ini pula yang tengah memeluk sang ibu disana. Biarlah ia tahu, melalui langit yang biru, bahwa putrinya tengah bahagia.

Hari Minggu ini menyimpan selaksa rasa dari seutas hidup yang dikirimkan Tuhan, lewat cerita pendek hati ibunda yang kueja diantara prosesi pernikahan.

Kamis, 04 Maret 2010

Sepotong Kisah dari Masa Lalu dan Award dari Masa Kini

Zaman dahulu kala ada seorang yang sangat kaya meninggal dunia. Ia meninggalkan harta berupa rumah, tanah dan 19 ekor unta. Mengenai kesembilan belas ekor untanya, ia menuliskan dalam surat wasiatnya bahwa anak sulungnya berhak memperoleh setengahnya, anak kedua akan memperoleh seperempatnya, sedangkan anak bungsunya mendapatkan seperlima dari jumlah untanya. Dan mereka tidak boleh membunuh satu ekor untapun.

Mendapat wasiat demikian itu, ketiga anaknya menjadi pusing. Bagaimana bisa membagi dengan benar ? Setengah dari sembilan belas saja hasilnya sembilan setengah, lalu bagaimana dengan seperempat dan seperlima ?


Ketiga ahli waris itu bertanya kepada orang-orang bijak di seluruh negeri bagaimana memecahkan masalah itu. Tapi tak seorangpun bisa membantunya. Akhirnya mereka menghadap Nasruddin Hoja (seorang Mullah Turki yang terkenal jenaka, cerdik dan bijak) untuk mendapatkan nasihat dari beliau.

“Ah itu mudah saja,” kata Nasruddin Hoja. “Begini caranya. Aku akan meminjamkan seekor unta padamu untuk sehari saja. Jadi kalian akan punya 20 ekor unta. Si Sulung akan menerima setengah dari 20, jadi ia mendapat 10 ekor unta. Anak kedua seperempat dari 20, yaitu 5 ekor unta. Dan si Bungsu mendapat 4 ekor unta yakni seperlima dari 20. Jadi bila dijumlahkan hasilnya adalah sembilan belas, jumlah yang sama dengan yang diwariskan ayah kalian. Lalu kalian kembalikan sisa seekor unta milikku yang kupinjamkan tadi. Nah, kalian pasti puas, begitu juga almarhum ayah kalian.” (Diambil dari kisah Nasruddin Hoja)

****

Akan terasa sangat indah hidup ini bila semua dapat merasakan indahnya nasihat-menasihati dalam kebenaran dan nasihat-menasihati dalam kesabaran. Keindahan itu semakin terasa manakala semua pihak saling berbagi dalam keikhlasan.


Sekarang, kupajang award-award dari sahabat sebagai bentuk lain berbagi dalam keikhlasan.

Yang ini dari Mas Goen


Award dari mbak Reni


Kemudian, award ilalang yang bercanda dengan angin selatan, ciri khasnya Mbak Elly ini, adalah bingkisan ultahnya Newsoul

Kepada siapa saja mampir disini dan belum memiliki award ini saya persilakan untuk menerimanya.

Semoga kita selalu dapat berbagi dalam keikhlasan dan kebenaran.

Rabu, 03 Maret 2010

VIXXIO

Berawal dari sebuah pertemanan di komunitas blogger, aku mengenal sosoknya yang muda, ceria, dan (ini yang paling menonjol) bookaholic. Meski belum pernah sekalipun bertemu, aku tahu ia teman yang menyenangkan. Award pertama yang kuterima adalah darinya. Saat itu boro-boro paham tentang award, cara mengambilnya saja aku bingung. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku mengerti. Dan dalam sejarah perjalanan bloggingku, tak bisa tidak, aku sadar mbak Fanda menempati posisi penting selain Anazkia.


Mengelola beberapa blog (Buku Fanda, Fanda’s Thoughts, Curhat Fanda – entah yang aku tak tahu, bisa jadi masih ada) ternyata tak membuat dirinya surut untuk ‘berbagi’ buku. Bila di blognya ia menulis review buku serta berbagi kisah dan hikmah, di blog terbarunya Vixxio, ia menawarkan aneka buku bekas. Buku sungguhan, bukan review. Benar, ia berbisnis buku bekas. Tapi, meskipun bekas, bukunya dijamin masih mulus. Saya bilang begini karena saya telah mencobanya.


Pilihan buku yang ditawarkannya beragam dari mulai novel dari para penulis dunia, juga buku-buku non fiksi. Bila penasaran, datang aja kesini. Hehe … promosi nih ye!


Mbak Fanda sangat faham, betapa pelayanan yang prima adalah sebuah keharusan bagi sebuah bisnis. Dan itu dibuktikannya lewat kesigapannya mengirim paket pesanan pada pelanggan. Hari Kamis, 25 Pebruari 2010 yang lalu, kupesan buku, transfer sejumlah uang, lalu hpku berdenyar : mbak Fanda memberi tahu bahwa buku telah dipaket. Hari itu juga!


Dan dua hari kemudian yakni hari Sabtu siang, paket telah tiba di Garut. Padahal saat itu hari Jumat bertanggal merah yang artinya hari libur. Barangkali, bila tak tanggal merah, paket bisa diterima dalam waktu satu hari. Barangkali…


Ini dia buku pesananku itu.


Dan yang lebih menggembirakan, buku bekasnya ternyata masih mulus.

Semula, namanya juga buku bekas, kukira tak secantik itu. Nyatanya aku kecele … bukunya bagus. Dan yang penting, aku bisa menambah koleksi buku untuk taman bacaanku di rumah. Alhamdulillah …


Eh, ada yang baru lagi, Vixxio bagi buku gratis . Bagi yang tertarik bisa meluncur kesana.

Senin, 01 Maret 2010

Menyusuri Kehijauan

Minggu pagi atau hari lain bertanggal merah di kalender adalah euforia jalan-jalan, setidaknya bagiku dan para adik ipar. Seperti libur kemarin. Janji diikat, sepakat berkumpul di 'lembur' (desa- rumah mertua) sebagai titik tolak keberangkatan. Tujuannya : jalan santai menyusuri kehijauan desa.



Pilihan kami adalah jalanan tanah berbatu, agar lebih segar dan perawan. Di tepi kiri saluran irigasi sementara tepi kanan hamparan sawah membentang, demikian memanjakan mata. Sesekali kami berpapasan dengan ibu-ibu pemanggul kayu bakar, atau bapak petani dengan kaki berbalut sisa lumpur sawah. Nampak segar dan riang. Kami saling menyapa khas desa. Indahnya silaturahim .... meski kami tak pernah saling kenal sebelumnya.

Atau melihat pemandangan ini

Tiba di sebuah jembatan rusak ...


Jembatan ini sudah tidak terpakai, kurang lebih 50 meter di sebelahnya tengah dibangun jembatan baru dengan konstruksi lebih modern. Lebih aman dilalui dan pasti lebih cantik. Sayang, belum selesai.

Dan 100 meter kemudian, habis sudah jalanan aroma tanah yang kusuka itu, berganti dengan jalan beraspal. Jalanan desa telah dimodernisasi.
Meski mulai terasa lelah, tetap tersenyum.


Disini kusempatkan berfoto dengan suami (hehe ...) Matahari mulai menyengat.
Sampai rumah langsung 'botram' (makan ngariung sambil lesehan di atas tikar)

Alhamdulillah, Ya Allah. Indahnya ciptaanMu. SempurnaNya aturanMu.
Semoga kami termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amiiin