Kamis, 21 Mei 2009

Memahami Kesalahpahaman


Ada ketidaknyamanan yang kita rasakan saat terjadi salah paham, terutama dengan suami. Salah paham bisa terjadi oleh sebab yang terkadang sangat sepele, raut wajah yang tak menyenangkan misalnya. Ya, hanya oleh sebab ekspresi jutek, yang astaghfirullah kerapkali tak bisa disembunyikan karena berbagai sebab, tiba-tiba saja pertengkaran dimulai. Padahal ketika dirunut lagi kronologis kejadiannya, kok ya menggelikan. Meminjam istilah Gus Dur : gitu aja kok repot! Tapi memang begitulah yang sering terjadi dalam rumah tangga.




Namanya juga salah paham, berarti ada kesalahan dalam memahami suami atau istri. Bukannya kesalahan yang betul-betul dilakukan untuk menyakiti. Bukankah itu letak perbedaan antara kesalahpahaman dengan kesalahan.


Setelah ungkapan ketidakenakan keluar dari lisan keduanya atau malah hanya muncul dari satu pihak karena yang lain lebih memilih untuk diam, biasanya saat itulah muncul “slide” sebab-musabab mengapa ini bisa terjadi. Reaksi yang kemudian terjadi bisa berbeda, menangis, geram, pergi, menyesal, atau malah menertawakan diri sendiri. Apapun reaksi yang timbul merupakan buah dari perasaan dan kata-kata yang meluncur sebagai wakil hati kita saat itu. Ibarat awan mendung yang menurunkan hujan. Seberapa besar dampak yang diakibatkannya tergantung deras tidaknya air yang turun.



Maka Rasulullah saw membimbing kita untuk menetralkan hati saat emosi melalui sikap. Bila kemarahan itu timbul saat berdiri, maka duduklah. Bila sedang duduk maka berbaringlah. Dan lekaslah membasuh diri dengan air wudlu karena air akan mendinginkan api yang tengah bergejolak di dalam hati. Tentu saja tuntunan beliau yang indah itu harus disertai oleh upaya aktif dari diri kita sendiri untuk meredam emosi agar kesalahpahaman tak berlanjut pada pertengkaran yang tak perlu.



Ada istilah “rep-pok” yang diajarkan orangtua dahulu (khususnya di kalangan orang sunda) dalam menyikapi kesalahpahaman dalam rumah tangga. Artinya bila salah satunya “pok” alias berbicara, yang lain jangan ikut bicara atau “rep” diam, agar tidak terjadi cekcok. Ajaran orangtua kita itu sejalan dengan tuntunan Islam dalam berperilaku santun ketika bicara. Bisa dimengerti apabila lisan seringkali tak dapat dijaga saat emosi tengah naik. Tapi dengan banyak berlatih menahan diri dan beristighfar, Insya Allah, Allah akan memudahkan setiap upaya perbaikan diri.



Tapi, sesekali kesalahpahaman perlu “dipertengkarkan” agar tumbuh pemahaman baru di benak suami istri mengenai keinginan dan tuntutan pasangan. Kesalahpahaman dapat dijadikan sarana untuk mengupdate perilaku atau malah sebagai sarana “penemuan baru” karakter dan sifat pasangan bahwa ternyata suami kita itu begini dan tidak menyukai yang begitu. Sebab seberapa lamapun kita menikah, pasangan adalah pribadi yang sesungguhnya tak kita kenal dengan tepat meskipun kita kenali dengan baik. Perjalanan rumah tangga adalah proses belajar seumur hidup. Di sana terdapat semacam “ritual ibadah” dalam bentuk lain.



Ketika kesalahpahaman diletakkan pada tempat yang tepat, dikelola dengan benar, dilihat sebagai sesuatu yang dapat berdampak baik, maka Insya Allah kita dapat lebih memahami pasangan kita serta memahami salah paham itu sendiri. Kesalahpahaman serupa tak perlu lagi terjadi dimasa mendatang dan tumbuh kesepahaman baru diantara pasangan.



Kesalahpahaman dapat dijadikan sebagai momentum pembaharuan. Bukankah sejatinya kehidupan berumah tangga itu adalah gerakan pembaharuan yang tak pernah berhenti ? Ia terus-menerus tumbuh seiring perubahan dan perkembangan masing-masing pribadi yang hidup didalamnya. Dan saya yakin di setiap detiknya Allah menyimpan hikmah agar kita bisa menemukannya dan kemudian menikmatinya.


Gambar : images.plurk.com

5 komentar:

  1. terkait sy adalah pemuda yang cukup optimis dan masih lajang, untuk saat ini saya cukup yakin menghadapi situasi semacam itu kelak nanti. semoga saja keluarga saya nanti menjadi keluarga yang penuh barokah dan cinta.... amin. doakan ya mba...

    thank a lot for this post... usefull

    BalasHapus
  2. Amiiin ... mbak yakin, Dik Perry akan menemukan belahan jiwa yang khusus Allah kirimkan untukmu saja. Seia sekata dan saling memahami. Kita saling doakan, ya ..

    BalasHapus
  3. Salam kenal mbak Annie!
    Artikel mbak ini membuka wawasan. Selama ini kesalah-pahaman selalu dihindari. Tp krn dlm suatu hubungan pasti akn terjadi, lbh baik disikapi positif aja, yakni dianggap sbg alat pembelajaran karakter satu sama lain.
    Very nice thought!

    BalasHapus
  4. Betul, dik Fanda. Kita tinggal mencari hikmah dari setiap salah paham yang terjadi.
    Thank's for your comment ...

    BalasHapus
  5. Kesalahpahaman dimanapun pasti akan terjadi, tinggal bagaimana kita menyikapinyakan mbak? Jadikan sebagai pembelajaran agar lebih baik dikemudian hari. Nice post mbak, terus berbagi njih...

    BalasHapus

Silakan tulis komentar anda, sobat. Terima kasih sudah mampir, ya ...